Sistim Religi

Sistim Religi merupakan hal yang berkaitan dengan keyakinan seorang individu yang berfungsi mengatur kehidupan manusia dengan penciptanya. Kebudayaan yang terjadi di tengah masyarakat bisa terwujud karena ada perbedaan religi yang dimiliki masing-masing daerah.

Sistim Religi mengalami perkembangan seiring adanya perkembangan pengetahuan. Dalam Sistim Religi hal yang penting meliputi sisitim ini adalah emosi keagamaan yakni suatu getaran jiwa yang mencakup dalam kehidupan manusia. Oleh karena adanya getaran tersebutlah yang mendorong adanya kegiatan yang bersifat religi. Bersifat religi ini yakni berasal dari hati nurani.

Selain emosi keagamaan, terbentuknya sistem religi juga dipengaruhi oleh unsur penting seperti sistem keyakinan, sistem upacara keagamaan dan suatu umat yang menganut religi itu. Kekuatan sistem religi tersebut dapat dinilai dari ketiga unsur tersebut. Kekuatan disini adalah ukuran besarnya pengaruh sistem religi didalam mempengaruhi kehidupan manusia, khususnya kebudayaan manusia. 

Dalam sistem keyakinan yang membantu untuk membangun sistem religi yang kuat dalam suatu kebudayaan, pengembangannya pada zaman dahulu melihat konsepsi dewa-dewa yang tertinggi; terciptanya alam semesta dan konsep hidup dan mati yang menggali keyakinan sedalam-dalamnya hingga konsep dunia roh dan dunia akhirat. 

Dengan konsep-konsep inilah, sistem keyakinan makin diperkuat dan mendorong emosi keagamaan muncul dalam setiap aktivitas manusia dan pada akhirnya, sistem religi menjadi kokoh karena getaran jiwa pada manusia membuat mereka beraktivitas yang bersifat religi. 

Disamping itu, ketika keyakinan terbentuk maka, dorongan-dorongan melakukan upacara keagamaan karena biasanya upacara keagamaan mengandung suatu rangkaian yang terdiri aspek-aspek seperti berikut : 

  • Pertama yang berhubungan dengan tempat-tempat keramat dimana upacara dilakukan, yaitu makan, candi, pura, kuil, gereja, langgar, surau, masjid dan sebagainya. 
  • Kedua, aspek mengenai saat-saat beribadah, hari-hari keramat dan suci dan sebagainya.  
  • Ketiga, mengenai benda-benda yang dipakai dalam upacara termasuk patung-patung yang melambangkan dewa-dewa, alat-alat bunyi-bunyian seperti lonceng,seruling suci, genderang suci, dan sebagainya. 
  • Keempat, aspek mengenai para pelaku upacara keagamaan, seperti para pendeta biksu, syaman, dukun dan lain-lain. 

Dalam hal ini, upacara keagamaan dianggap kegiatan sakral untuk memenuhi sistem keyakinan melalui aspek-aspek tersebut. Jika hal ini mempengaruhi bukan sekedar satu orang saja melainkan, banyak orang menjadikan sistem religi bertahan didalam kehidupan manusia.

Dari hal tersebut terlihat juga bahwa sistem religi memiliki kecenderungan yang sama terhadap ilmu ghaib, akan tetapi, kedua hal tersebut berbeda. 

  • Sistem religi adalah suatu rangkaian menimbulkan getaran hati yang disebut emosi keagamaan dalam melakukan aktivitas manusia sehingga, sikap-sikap manusia menyadari adanya pedoman kehidupan yang hakiki. Adanya dzat yang maha tinggi diluar batas kemampuan manusia. Hal ini mengakibatkan terdorongnya manusia untuk melakukan kebaikan dengan meyakini konsep-konsep yang telah dijelaskan sebelumnya (salah satunya konsepsi hidup dan mati).
  • Ilmu ghaib lebih cenderung meyakini hal-hal yang di luar kemampuan batas manusia sebagai elemen yang dapat memenuhi keinginan atau mencapai suatu maksud dari manusia sehingga, nilai keikhlasan melakukan hal tersebut bersifat fiktif. Meski unsur-unsur ritualnya hampir menyerupai namun, keyakinan yang terbentuk itulah yang menjadi tolak ukur perbedaan diantara keduanya.


Sumber : Koentjaradiningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. 1990.

Komentar

POPULER POST

Biodata Normawati Chemistry - GAV-S, Hidup Adalah Perjuangan, Maka Tetap Semangat Berjuang Menggapai Asa dan Cita.

Biodata Bonsai Unyil - GAV-S